KUMPULAN LAGU-LAGU MELAYU



Seri Siantan

Tinggi-tinggi Bukit Siantan .... Aduhai sayang
Banyak terdapat si bunga Melor

Tuan disana rindu tak makan .... Aduhai sayang
Saya disini rindu tak tidur

Buah pauh , buah berangan ... Aduhai sayang
Di dalam peti letak bersama

Sungguh pun jauh dari pandangan ... Aduhai sayang
Di dalam hati tetap bersama



Pasir Roboh

Pasir Putih dipinggir kali Pasir Roboh
Pasir Putih dipinggir tempat menyabung
Tempat menyabung ayam berlaga sayang
Pasir Roboh tempat menyabung
Tempat menyabung ayam berlaga sayang

Kasih tak boleh dijual beli Pasir Roboh
Kasih tak boleh dijual beli
Bukannya benda bukannya benda buat berniaga
Sayang Pasir Roboh
Bukannya benda buat berniaga sayang

Pasir Putih pantainya indah Pasir Roboh
Pasir Putih pantainya indah
Tempatlah orang tempatlah orang bersuka ria
Sayang Pasir Roboh
Tempatlah orang bersuka ria sayang

Bercerai kasih bukannya mudah Pasir Roboh
Bercerai kasih bukannya mudah Pasir Roboh
Sampai mati sampailah mati terkenang juga
Sayang Pasir Roboh
Sampai mati terkenang juga sayang Pasir Roboh
Sayang Musalmah




Sayang Musalmah

Sayang Musalmah memakai sanggul
Ahaii turun ke sawah
Turun ke sawah menanam padi

Emas berkayan dapatku pikul
Aku tak sanggup menanggung budi

Turun ke sawah
Turun ke sawah menanam pada
Ahaiii hendak dijual
Hendak dijual ke pekan lama

Jangan selalu menanggung budi
Keraplah kali jadi bencana

Sayang Musalmah
Sayang MUsalmah memakai tudung
Ahai tudung dibeli
Aduhai Musalmah di kedai cina

Rindu hati dendamlah menanggung
Mengenangkan nasib diri merana ahaiilah sayang
Mengenanggkan nasib aduhaii Musalmah
Diri merana


Siti Payung

Tiuplah api abulah berderai
Patah galah haluan perahu
Niat di hati tak mahu bercerai , siti payung
Kuasa Allah sayang , kuasa Allah siapa tahu

Sayang cik siti menggulunglah benang
Benang digulung dari daik
Bagailah mana tidakku kenang , siti payung
Keranalah budi tuan , kerana budi bahasanya baik

Siti payung lagulah melayu
Lagu sejak zaman berzaman
Apalah malang nasib diriku , siti payung
Ke sana ke mari tuan , ke sana ke mari dihina orang

Langit cerah awan pun biru
Angin menghembus meniup bayu
Kalau nak tahu untung nasibku , siti payung
Bagaikan kacalah sayang , bagaikan kaca terhempas ke batu




Embun Menitik

Embun Menitik
Embun Menitik dihujung bangsal
Ditiup , ditiup angin
Ditiup angin berderai

Ahaii kalaulah pancing
Kalau pancing panjang sejengkal
Jangan janganlah lautan
Jangan duga hendak duga

Sampanlah kokeh
Sampanlah koleh mudik ke hulu
Ahaii anaklah dara
Anaklah dara menjemur kain

Ahai bagailah mana
Bagaimana bunga tak layu
Ahai embun menitik
Embun menitik lain ke tempat lain


Jalak Lenteng

Pukul gendang kulit biawak
Sedikit tidak
Sedikit tidak berdentum lagi
Aduhailah sayang
Kemanalah badan
Kemanalah badan hendak ku bawa
Sedikit tidak beruntung lagi

Jalak Lenteng melayu lagu melayu
Bilalah ku kenang hatiku rindu

Sakit sungguh kena jelatang
Sakitnya tidak
Sakit tak boleh dibawa mandi
Aduhai sayang
Akhirnya sungguh
Sakitnya sungguh dagang menumpang
Sakit tak boleh diubat lagi

Jalak Lenteng lagulah melayu
Biarlah ku kenang hatiku rindu




Burung Putih

Burunglah Putih malam terbanglah malam
Hinggaplah mari dipohon yang tinggi

Sudahku cari sekitarlah alam
Sekitarlah alam , Burunglah Putih
Aduhailah sayang , Burunglah Putih
Tuan seorang penghibur hati
Burung Putih malam terbanglah malam

Terbanglah mari berkawanlah kawan
Hinggaplah mari di dahan yang rapuh

Tuan umpama payunglah terkembang
Sayalah dibawah aduhailah sayang
Sayalah dibawah teduh tumpang berteduh
Burunglah Putih malam terbanglah malam

Category: 0 Komentar

Sejarah Siantan-Anambas


Di gugusan Kepulauan Riau, tepatnya di Kecamatan Siantan, berjejerlah pulau-pulau asri yang belum terjamah oleh tangan-tangan manusia. Pulau-pulau ini amatlah tenang. Kalau berjalan-jalan, maka yang didapatkan hanyalah kera dan tupai yang berlompatan dari satu batang ke batang lainnya.
Bila malam merayap, takkan terdengar dendang pantun anak-anak dara yang mengusik hati. Begitu juga dengan musik dan lagu. Yang ada hanyalah bunyi deburan ombak memecah karang, serta suara burung hantu yang bersahut-sahutan sepanjang malam. Konon, cerita hantu-hantu laut pun ikut berjoget-joget.

Di antara gugusan pulau-pulau tersebut. Terdapat satu pulau bernama pulau Matak, kalau dalam bahasa daerah berarti pulau harapan. Suatu hari, beberapa bahtera melemparkan jangkarnya, berlabuh di pantai pulau Matak. Angkatan bahtera itu dipimpin oleh seorang hulubalang yang melarikan diri dari kerajaan pulau Bintan. Pelarian itu ternyata disebabkan hulubalang tidak berkesesuaian dengan raja di sana. Hulubalang ini bernama Dewa Perkasa yang berasal dari negeri Campa. Maksud mereka singgah hanya untuk mencari minum dan buah kayu di hutan untuk penambah bekal.

Seketika, Dewa Perkasa mulai tertarik untuk menetap di pulau ini. Dicarinyalah tempat yang bagus, maka berjumpalah sebuah gunung yang bernama gunung Kota. Di sanalah Dewa perkasa dan anak buahnya mendirikan perkampungan. Mereka mulai bercocok tanam, seperti menanam kelapa, sagu dan tanaman lainnya. Namun, pekerjaan yang paling penting, yang sebagian dikerjakan oleh penduduknya adalah melanun (bajak laut). Mereka membajak perahu-perahu terutama perahu dagang. Banyak harta rompakan yang mereka dapatkan, apalagi jika bertemu dengan perahu-perahu dari Bintan habis di rompaknya. Makanya, Datuk Dewa perkasa sangat ditakuti.
Sesuai perkembangan, gunung Kota makin makin lama makin ramai. Untuk menjaga keselamatan kampung dan pengikut-pengikutnya, maka didirikanlah benteng-benteng. Namun demikian, Datuk Dewa Perkasa merasakan bahwa kehidupannya kurang lengkap, karena belum ada yang melayaninya sebagai seorang suami. Sebenarnya bukan tidak ada perempuan di kampung tersebut, namun Dewa merasa belum ada yang cocok.
Suatu hari, dalam perjalanan melanun, bertemulah mereka dengan iringan perahu-perahu. Ternyata perahu-perahu tersebut berasal dari negeri Johor, maka terjadilah perang senjata, sehingga banyak yang mati dan luka parah.
Salah satu dari perahu tersebut membawa seorang putri yang cantik molek. Putri ini adalah salah seorang putri pembesar di negeri Johor. Sudah menjadi adat perang yang kalah menjadi tawanan. Mereka boleh melakukan apa saja terhadap tawanan perang.
Bagaimanakah dengan tawanan yang cantik molek tersebut? Rupanya ini adalah awal kehidupan baru bagi Datuk Dewa Perkasa. Dewa Perkasa sudah tertawan hatinya kepada sang putri. Maka dinikahinyalah Putri Johor itu dengan membuat pesta tujuh hari tujuh malam.
Dari Rahim Putri Johor, lahirlah seorang dara yang sangat elok, dan diberi nama dengan Putri Sri Balau Selak. Dia pun diasuh dengan penuh kasih sayang hingga dewasa. Keanehan dari putri ini, dia suka mengenakan tudung kain bertabur Siantan, sehingga kalau di luar rumah, majahnya susah dilihat.
***
Terdengarlah empat perahu terdampar di teluk gunung Kota. Penduduk menjadi gempar. Datuk Dewa memerintahkan anak buahnya untuk menyongsong ke pantai, untuk menanyakan apa maksud kedatangan mereka. Jika yang datang dengan makud baik, maka terimalah dia sebagai sahabat, jika jahat, tentunya harus dilibas. Ternyata orang-orang di dalam perahu-perahu itu tidak menunjukkan sikap yang bermusuhan. Di dalamnya adalah seorang pemuda yang gagah.
Maka naiklah mereka ke darat menghadap Datuk Dewa. Sambil memperkenalkan diri dengan berpantun;
Hamba bernama Pangeran Merte,Putera mahkota Negeri Brunei.Tapi tidak hamba sangkaTerdampar di negeri yang permai
Hajat pergi ke negeri Bintan,Menghadap paman Sultan Junjungan.Apa daya hajat tak sampai,Perahu kami di hantam badai.
Pangeran Merta mengharapkan bantuan dari Datuk Dewa Perkasa, untuk memperbaiki perahu-perahu yang rusak. Maka Datuk Dewa memerintahkan orang-orangnya untuk membantu Pangeran Merte. Sebagai orang tua, Dewa Perkasa sudah banyak makan asam garam dalam hidupnya. Dia sangatlah tertarik dengan tingkah laku Pangeran Merte. Sesuai dengan pepatah "Bahasa menunjukkan bangsa".
Sejak saat itulah, Datuk kaya Dewa Perkasa berazam dalam hati, untuk menjodohkan anaknya Puteri Sri Balau Selak dengan Pangeran Merte. Rupanya gayung pun bersambut, maka dipinanglah Balau Selak oleh Pangeran Merte. Datuk kaya Dewa Perkasa merasa bahagia karena hajatnya telah tercapai.
Hidup orang di negeri itu kembali berjalan seperti biasa. Pekerjaan sebagai bajak laut sudah belasan tahun ditinggalkan lagi. Namun, kampung di gunung Kota yang memang sudah sempit untuk tempat tinggal, tidak dapat lagi menampung perkembangan penduduk yang begitu pesat. Datuk Kaya Dewa Perkasa memerintahkan kepada Merte, menantunya, untuk mencari tempat yang baik didirikan negeri baru.
Pangeran Merte mengusulkan agar cara memilih sebuah negeri dengan memakai adat-istiadat Brunei. Caranya, diambil batu dari dua tempat itu sebanyak dua tempurung. Kemudian batu-batu itu dirempak.
Setelah dikerjakan rempak batu itu, ternyata salah satu batu itu dapat dirempak. Tanah yang batunya dapat dirempak itulah tempat yang cocok untuk didirikan negeri. Maka berdirilah sebuah negeri yang baru dengan nama kampung Terempak (dapat dikunyah). Kemudian berubah menjadi Terempa hingga terkenal sampai sekarang. Demikianlah Datuk Kaya Dewa Perkasa dan Pangeran Merte hidup damai dengan pengikut-pengikutnya. Pangeran Merta, di kampung Teluk dan Datuk Kaya Dewa Perkasa di kampung Tanjung.
Sampai sekarang masih ada keturunan mereka di Terempa. Terempa sebagai ibunegeri Ex Kewedanaan Pulau Tujuh, Kabupaten Kepuluan Riau, ternyata mempunyai peninggalan berharga seperti dua buah meriam desa Tanjung dan Teluk, Keramat Siantan, Air terjun tujuh tingkat yang di kelilingi pantai-pantai yang indah dan tempat wisata lainnya.

Category: 2 Komentar

Sekilas Anambas


Sejarah pemerintahan Kabupaten Kepulauan Anambas tidak terlepas dari sejarah Kabupaten Kepulauan Riau (sekarang Kabupaten Bintan), yang hingga saat ini Kabupaten Kepulauan Riau telah dimekarkan menjadi 6 Kabupaten yaitu : Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Kepulauan Anambas.
Kabupaten Kepulauan Anambas atau gugusan kepulauan Anambas sendiri pada masa pemerintahan kolonial belanda pernah menjadi pusat kewedanaan yakni berpusat di Tarempa. Ketika itu, Tarempa adalah pusat pemerintahan di pulau tujuh termasuk wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang disebut district dan Jemaja wilayahnya disebut Onderdistrict dengan ibukota Letung.

Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia tanggal 18 Mei 1956, Provinsi Sumatera Tengah menggabungkan diri ke dalam Wilayah Republik Indonesia, dan Kepulauan Riau diberi status Daerah Otonomi Tingkat II yang dikepalai Bupati sebagai kepala daerah yang membawahi 4 kewedanaan sebagai berikut:
Kewedanaan Tanjungpinang, meliputi Bintan Selatan (termasuk Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur).
Kewedanaan Karimun, meliputi wilayahKecamatan Karimun, Kundur dan Moro.
Kewedanaan Lingga, meliputi Lingga, Singkep dan Senayang.
Kewedanaan Pulau Tujuh, meliputi Siantan, Jemaja, Midai, Serasan, Tambelan, Bungguran Barat dan Bungguran Timur.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP / 247 / 5/ 1965, terhitung 1 Januari 1966 semua daerah administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapus.
Berdasarkan Undang-Undang No. 53. Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam. Kabupaten Natuna terdiri atas 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Bungguran Timur, Bungguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai dan Serasan dan satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan.
Seiring dengan kewenangan otonomi daerah, Kabupaten Natuna kemudian melakukan pemekaran daerah kecamatan, yang hingga tahun 2008 menjadi 17 kecamatan dengan penambahan, Kecamatan Palmatak, Subi, Bungguran Utara, Pulau Laut, Pulau Tiga, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Timur, Siantan Selatan, Jemaja Timur dan Siantan Tengah.
Seiring dengan pemekaran kecamatan yang bertujuan untuk memperpendek rentang kendali, muncul aspirasi untuk menjadikan Gugusan Kepulauan Anambas sebagai daerah otonom tersendiri. Melalui perjuangan yang cukup panjang baik di Pusat maupun di daerah, Kabupaten Kepulauan Anambas akhirnya terbentuk melalui Undang-Undang No. 33 Tahun 2008 tanggal 24 Juli 2008. Kabupaten Kepulauan Anambas terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Siantan, Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Selatan, Kecamatan Palmatak, Kecamatan Jemaja dan Kecamatan Jemaja Timur. Ditambah dengan 1 Kecamatan yaitu Kecamatan Siantan Tengah yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Natuna Nomor 17 Tahun 2008 dengan cakupan wilayah administrasi Desa Air Asuk, Desa Air Sena dan Desa Teluk Siantan.

Category: 1 Komentar